EKSPOR 2010 DIPREDIKSI NAIK 15% – INFRASTRUKTUR PERLU DIPERBAIKI, EKONOMI BIAYA TINGGI HRS DIPANGKAS

0
676

JAKARTA: Pelaku usaha dan eksportir optimistis kinerja ekspor tahun depan tumbuh sekitar 15% dibandingkan dengan pencapaian tahun ini, mengingat pasar mulai membaik. Sekjen Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan kondisi pasar ekspor yang akan membaik pada tahun depan harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur di dalam negeri.

“Pandangan pelaku usaha dan eksportir pada 2010 diprediksi akan ada kenaikan ekspor sebesar 15%,” ujarnya kepada Bisnis, kemarin.

Beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk semakin meningkatkan ekspor, lanjutnya, meliputi infrastruktur jalan, pelabuhan dan listrik. Selain itu, perlu ditunjang pemangkasan biaya ekonomi tinggi, aparat Bea dan Cukai yang semakin profesional dan tidak ada hambatan.

Pemerintah juga harus membenahi pelabuhan sehingga semakin efisien dan bersaing serta sistem karantina yang tidak menyebabkan tambahan biaya tinggi bagi eksportir.

Menurut Toto, adanya berbagai kerja sama perdagangan bebas seperti Asean-China FTA, Asean-India FTA, Asean-Australia dan Selandia Baru FTA, akan menjadi tantangan bagi industri dalam negeri, karena produk impor menjadi lebih murah.

Namun, kerja sama perdagangan bebas akan membantu eksportir, karena harga semakin kompetitif.

Eksportir kerajinan dan furnitur juga memprediksikan ekspor produk mebel dan kerajinan 2010 bisa bertumbuh 15%.

Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono mengatakan nilai ekspor furnitur dan kerajinan selama tahun ini anjlok 30%-40% dibandingkan dengan tahun lalu.

Data Depdag mencatat nilai ekspor furnitur dan kerajinan periode Januari-September 2009 sebesar US$1,2 miliar, turun 29% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$2,3 miliar.

Adapun nilai ekspor furnitur China mencapai US$30 miliar per tahun, sedangkan Indonesia hanya 2%-3% dari total pangsa pasar kerajinan yang mencapai US$100 miliar.

Pasar dunia

Sementara itu, pengapalan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/ CPO) pada 2010 juga diprediksikan meningkat seiring dengan peningkatan permintaan pasar dunia dan peningkatan produksi selama 2010 yang diperkirakan mencapai 23 juta ton.

Dalam acara Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2009, Indonesia berpotensi menguasai 50% pasar minyak sawit dunia tahun depan, menyusul produksi kompetitor utama, Malaysia, yang diproyeksi turun dibandingkan dengan realisasi 2009.

Dengan produksi nasional mencapai 23,2 juta ton pada 2010, Indonesia berpeluang memasok kebutuhan CPO dunia yang akan naik 5,5 juta ton, terdiri dari peningkatan kebutuhan pangan 4 juta ton dan permintaan untuk biodiesel minimal 1,5 juta ton.

Kepala Bidang Pemasaran Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Susanto mengatakan selama tahun ini, kendati berada di tengah krisis, kinerja ekspor CPO diperkirakan masih bertumbuh 7%-10%

Peningkatan kinerja ekspor juga akan dialami komoditas kakao. “Ekspor kakao akan meningkat 10%, karena banyak lahan yang mulai berproduksi. Tentu devisa yang dihasilkan dari kakao akan naik,” ujar Sekjen Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang.

Selain dari sisi volume, harga kakao di pasar internasional pada 2010 akan naik dan menjadi lebih mahal dibandingkan dengan tahun ini US$3.000 per ton.

Suharto Honggokusumo, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapki), tidak dapat memprediksikan volume ekspor karet pada 2010.

Association of National Rubber Producing Countries (ANRPC) memprediksikan volume ekspor karet alam Indonesia sepanjang tahun ini akan turun 8,4% menjadi 2,1 juta ton.

ANRPC dalam laporannya menyebutkan volume ekspor karet alam asal Indonesia selama 2010 diprediksikan meningkat menjadi 2,3 juta ton.

Comments are closed.